eramuslim - Rasullulah
bersabda, "Tiada suatu yang lebih kusukai dari dua tetesan, yaitu tetesan
darah yang tumpahan darah karena jihad fisabilillah dan tetesan air mata yang
mengalir karena rasa takut dan rindu kepada Allah" (HR Turmudzi). Dalam
riwayat lain, "Tiada setetes yang lebih disukai Allah 'Azza wajla daripada
setetes darah di jalan Alla". (HR Aththahawi). Betapa mahalnya tetesan air
mata yang mengalir itu karena ibadah, tetesan air mata itu menjadi benda
berharga. Di tengah-tengah kehidupuan yang serba mekanis dan teoritis,
fatwa-fatwa pun sudah tidak terdengar bijak dan nyaman untuk didengar kita.
Fatwa itu tidak menyentuh lagi, karena banyak yang diobral dan menggombal,
bahkan diintrik-intrik oleh muatan politik. Hampir saja kita kehilangan
potensi diri.
Di tengah-tengah kehidupan itu, pernahkah kita, barang
sekali, menjerit, menumpahkan air mata ketika kita bangun di tengah malam,
mengadukan hidup yang penuh dengan nista dan dosa ini kepada Dia yang Maha
Rahmat? Ibarat tanah yang gersang, padang yang kering semua, tetumbuhan yang
layu, maka datanglah rintik hujan jatuh dari langit, begitulah air mata
penyesalan, air mata kerinduan, air mata manusia yang tawadhu' dan para
penaka yang bertaubat, bagaikan menghapus 'kegersangan' jiwa yang nista tadi.
Jiwa yang layu menjadi tegak dan tumbuh kembali optimisme, kegelisahan
qalbu yang gersang dengan bergagai nista, kini pupus, bagaikan debu-debu
yang hanyut terbawa arus.
Rasullulah Saw. kekasih Allah, merengguk
menumpahkan air mata, karena penuh harap untuk jumpa denga-Nya? Sayyidina Abu
Bakar ash-Shidiq ra. senantisa menangis ketika menegakkan shalat? Mereka
adalah manusia pilihan Allah. Mereka adalah orang-orang yang punya derajat
tinggi di depan Allah.Dalam Suatu hadits seusai shalat (fardu) Rasullullah Saw.
beristighfar kepada Allah tiga kali, "Ya Allah Engkau Maha Pemberi
ketentraman dan perdamaian. Dari Engkaulah datangnya ketentraman dan
perdamaian, wahai Rabb yang Maha Memiliki keagungan dan kemulyaan."
(H.R.Muslim).
Bagaimana dengan kita? Pernahkah kita seperti manusia
pilihan Allah itu? Tatkala kita lahir, kita menangis dan orang-orang di
sekeliling kita tertawa terbahak-bahak bahagia karena menyambut kedatangan
kita, maka ketika kita mati nanti, jadikanlah kita tertawa bahagia karena
akan jumpa dengan Allah Sang Maha Kekasih, walaupun orang-orang yang kita
tinggalkan menangis pilu karena kehilangan anggota keluarga yang mereka
cintai.
Sesungguhnya, menangis di dunia itu lebih baik bagi kita
ketimbang kita menangis di akhirat nanti. Sebab itu, sudah sepantasnyalah
setiap kita waspadai diri, agar kita terhindar dari kegersangan jiwa yang
nista, agar kita terhindar dari tipe manusia yang tidak tahu bertaubat.
Padahal Rasulullah bersaba, "Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang
yang menangis karena takut kepada Allah" (HR.Tirmidzi dan Abu Hurairah
ra).
Kita mengarungi samudra dunia, bukan untuk tenggelam terpikat oleh
ilusi fatamorgana. Kayuhlah biduk kehidupan kita, dan seberangi samudra
dunia untuk mencapai tujuan abadi surgawi. Kerahkan seluruh potensi untuk
tetap survive dalam perjuangan menembus badai samudra, sesekali kita
boleh menyelam, tetapi ingatlah! Tujuan kita bukan untuk mati tenggelam,
tetapi tujuan kita yang hakiki adalah mencapai pantai kebahagiaan
sebagai ultimate goal dari segala makna yang kita berikan untuk
kehidupan.
Kita tengok wajah kita setiap hari di muka cermin, bersolek
dan hiasi tubuh kita, tetapi jangan lupa menengok pigura ruhani kita. Hiasi
dan percantik qalbu itu, adakah hari ini iman kita lebih baik dari
hari kemarin? Adakah prestasi amal kita lebih baik menyongsong hari-hari
yang semakin singkat dan pendek. Lahir, hidup, mati, kemudian dilupakan
orang! Tergolek abadi menanti pengadilan akhir dari kehidupan yang
panjang.
Ya Allah apa yang telah diperbuat oleh hamba selama ini?
Jawabannya ada dalam dada masing-masing. Apakah hamba hanya mengumpukan dosa
dan menanti kematian? Jawabannya, entahlah, hati kita yang menjawab dengan
lancar walaupun lidah terdiam malu. Anas ra. berkata, "Pada suatu
hari, Rasullulah Saw. berkhutbah, belum pernah saya mendengar khutbah
seperti ini, lalu beliau bersabda, 'Andaikan kamu mengetahui apa yang aku
ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.'
Mendengar ucapan Rasullullah ini, seluruh sahabat menutup mukanya masing
masing sambil menangis tersedu-sedu" (HR.Bukhari- Muslim).
Alah
berfirman dalam QS an-Najm ayat 59-60, "Apakah setelah mendengar keterangan
ini, engkau merasa heran lalu tertawa dan tidak menangis?" Selanjutnya dalam
QS al-Isra: 109, Allah berfirman, "Dan sujudlah/tersungkurlah mereka sambil
menangis, dan mereka bertambah khusuk." Oleh sebab itu, menangislah sebelum
datang hari dimana engkau akan ditangisi.
|
三少爺的劍 1977 (三少爺的劍)完整版本-HD
4 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar